MAKALAH KONSEP PENGAYAAN & KONSEP REMIDIAL PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam meningkatkan mutu pembelajaran, guru diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran. Suasana belajar siswa sangat tergantung pada kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Jika pendekatan pembelajarannya menarik dan terpusat pada siswa, maka motivasi dan perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan terjadi pendekan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru kupsehingga kualitas pembelajaran akan meningkat.
Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaksi, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarankan program pembelajaran remedial atau perbaikan.
Untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut tidak jarang pula dijumpai peserta didik yang memerlukan tantangan berlebih untuk mengoptimalkan perkembangan prakarsa, kreatifitas, partisipasi, kemandirian, minat, bakat, keterampilan fisik, dsb. Untuk mengantisipasi potensi lebih yang dimiliki peserta didik tersebt, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran pengayaan.
Remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
Sebelum memberikan pembelajaran remedial, terlebih dahulu pendidik perlu melaksanakan diagnosis terhadap kesulitan belajar peserta didik. Banyak teknik yang dapat digunakan, antara lain menggunakan tes, wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Setelah diketahui kesulitan belajarnya peserta didik diberikan pembelajaran remedial. Sedangkan sebelum memberikan pembelajaran pengayaan, terlebih dahulu pendidik perlu mengidentifikasi kelebihan-kelebihan yang dimiliki peserta didik. Banyak teknik yang dapat digunakan,secara umum tidak jauh berbeda dengan pembelajaran remedial, antara lain menggunakan tes, wawancara, dan pengamatan, dan sebagainya. Setelah diketahuai kelebihan yang dimiliki peserta didik diberikan pembelajaran pengayaan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa saja konsep-konsep dan bagaimana prosedur yang terdapat dalam pengayaan
2. Apa saja konsep-konsep dan bagaimana prosedur yang terdapat dalam program remedial.
3. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep Pengayaan
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana konsep program remedial
4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca khususnya mahasiswa atau calon tenaga didik yang belum mengerti tentang pengayaan dan program remedial bisa lebih tahu dan memahami konsep-konsep serta prosedur pelaksaaan dari pengayaan dan program remedial.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Program Pengayaan
2.1.1 Pengertian Program Pengayaan
Program pengayaan adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya (Izzati.2015, p.57-58).
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH. Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali sebagaimana pembelajaran remedial (Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017, p.24-30)
Menurut Depdiknas (2015, p.21-22) Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem penilaian acuan kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan. Oleh karena itu program pengayaan dapat diartikan :memberikan tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik.Dalam program pengayaan, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan.
Dengan memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar) tersebut, maka program pengayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didikuntuk memperkaya wawasan dan keterampilannya serta mampu mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kurikulum dirumuskan secara jelas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan KI dan KD setiap peserta didik diukur dengan menggunakan sistem Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Jika seorang peserta didik telah berhasil mencapai nilai yang dijadikan PAK maka peserta didik tersebut dipandang telah mencapai ketuntasan.
Oleh karena itu, program pengayaan dapat diartikan: memberikan tambahan/perluasan pengalaman atau kegiatan peserta didik yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum.
Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dalam program pengayaan, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat memfasilitasi peserta didik dalam menguasai materi yang diberikan (Ibrahim Bafadhal, 2013).
Program pengayaan ketika peserta didik teridentifikasi telah melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu mengantisipasi dengan menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai KD untuk memfasilitasi peserta didik. Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada temanteman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan peserta didik untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar, dll. (Depdiknas. 2013, p.21-22).
2.1.2 Mengapa Diperlukan Program Pengayaan
Berdasarkan Permendikbud No. 54, 64, 65, 66 dan 67 Tahun 2013 pada dasarnya menganut sistem pembelajaran berbasis aktivitas atau kegiatan, kompetensi, sistem pembelajaran tuntas, dan sistem pembelajaran yang memerhatikan dan melayani perbedaan individual peserta didik. Dengan memerhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan, kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar) tersebut, maka program pengayaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam program pengayaan, guru memfasilitasi peserta didik untuk memperkaya wawasan dan keterampilannya serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.3 Jenis-Jenis Program Pengayaan
Menurut Depdiknas (2013, p.20-22) ada beberapa jenis-jenis program pengayaan, yaitu sebagai berikut :
1) Kegiatan eksploratori yang masih terkait dengan KD yang sedang dilaksanakan yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian yang dimaksud contohnya : bisa berupa peristiwa sejarah, buku, narasumber, penemuan, uji coba, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
2) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.
3) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah.
Pemecahan masalah ditandai dengan :
a. Identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan;
b. Penentuan focus masalah/problem yang akan dipecahkan;
c. Penggunaan berbagai sumber;
d. Pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan;
e. Analisis data;
f. Penyimpulan hasil investigasi.
2.1.4 Karakteristik Program Pengayaan
Program pengayaan dilakukan ketika peserta didik teridentifikasi telah melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Guru perlu mengantisipasi dengan menyiapkan program-program atau aktivitas yang sesuai KD untuk memfasilitasi peserta didik.
Yang melakukan identifikasi, perencanaan dan pelaksanaan program pengayaan adalah guru kelas. Apabila diperlukan, guru dapat melakukan kerja sama dengan narasumber (apabila dibutuhkan) dalam melaksanakan program pengayaan.
Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada teman-teman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan peserta didik untuk memperdalam/memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan networking (jejaring) dalam pendekatan ilmiah (scientific approach). Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar dan lain-lain (Syarif.2013, p.440)
2.1.5 Pelaksanaan Program Pengayaan
Menurut Izzati (2015, p.57-58) Bentuk-bentuk pelaksanaan program pengayaan diantaranya adalah:
1) Menugaskan siswa membaca materi pokok dalam kompetensi dasar selanjutnya
2) Memfasilitasi siswa melakukan percobaanpercobaan, soal latihan, menganalisa gambar, dan sebagainya
3) Memberikan bahan bacaan untuk didiskusikan guna menambah wawasan para siswa
4) Membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai standar ketuntasan belajar minimum.
Menurut Tim Direktorat Pembinaan SMP (2017, p.24-30) Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
1) Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
2) Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
Pendidik dapat menyelenggarakan penilaian terhadap peserta didik yang mengikuti program pengayaan. Mekanisme dan pengolahan hasil penilaian dalam program pengayaan diserahkan kepada pendidik dan atau satuan pendidikan. Pemanfaatan hasil penilaian dapat digunakan sebagai bagian dari portofolio peserta didik.
Pembelajaran Remedial dan Pengayaan merupakan tindak lanjut guru terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Proses dan hasil belajar dapat berupa kesulitan penguasaan peserta didik terhadap satu atau dua kompetensi dasar, dan tidak bersifat permanen. Jika pada kompetensi inti pengetahuan dan keterampilan, peserta didik belum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik, maka peserta didik tersebut tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya (Ibrahim Bafadhal, 2013).
Sebaliknya, mungkin saja kompetensi dasar tersebut terlalu mudah bagi peserta didik, dan juga tidak bersifat permanen. Untuk iru setiap setelah ulangan atau mengerjakan tugas, hasil kerja peserta didik ditentukan, apakah mereka perlu remedial, pengayaan atau tidak perlu perlakuan khusus.
Ketuntasan belajar harus mengakomodir perbedaan individual peserta didik. Karena asumsi yang digunakan dalam belajar apapun, hanya waktu yang dibtuuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Untuk peserta didik yang lamban, diperlukan langkah-langkah dan pemberian materi serta penanganan yang berbeda dengan peserta didik yang cepat.
2.1.6 Prinsip-Prinsip Program Pengayaan
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengonsep program pengayaan menurut Khatena (1992) yang dikutip Ibrahim Bafadhal (2013) adalah:
a) Inovasi
Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta didik.
b) Kegiatan yang Memperkaya
Dalam menyusun materi dan mendesain pembelajaran pengayaan, kembangkan dengan kegiatan yang menyenangkan, membangkitkan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya.
c) Merencanajan metodologi yang luas dan metode yang lebih bervariasi
Misalnya dengan memberikan project, pengembangan minat dan aktivitas-aktivitas menggugah (playful). Menerapkan informasi terbaru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program pendidikan terkini.
Sedangkan Passow (1993) dalam Ibrahim Bafadhal (2013) menyarankan bahwa dalam merancang program pengayaan, penting untuk memerhatikan tiga hal:
a) Keluasan dan keadalaman dari pendekatan yang digunakan
Pendekatan dan materi yang diberikan tidak hanya berisi yang luarnya (kulit-kulitnya) saja tetapi diberikan dengan lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Contoh: membahas mengenai prinsip Phytagoras dan bagaimana penerapan prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b) Tempo dan kecepatan dalam membawakan program
Sesuaikan cara pemberian materi dengan tempo dan kecepatan peserta didik dalam menangkap materi yang diajarkan. Hal ini berkaitan dengan kecepatan daya tangkap yang dimiliki peserta didik sehingga materi dapat diberikan dengan lebih mendalam dan lebih dinamis untuk menghindari kebosanan karena peserta didik yang telah menguasai materi pelajaran yang diberikan dikelas.
c) Memerhatikan isi dan tujuan materi yang diberikan
Hal ini bertujuan agar kurikulum yang dirancang lebih tepat guna dan responsif terhadap kebutuhan peserta didik. Renzulli (1979) menyatakan bahwa program pengayaan dirancang dengan lebih memerhatikan keunikan dan kebutuhan individual dari peserta didik.
2.1.7 Langkah-Langkah Program Pengayaan
Langkah-langkah dalam program pengayaan tidak terlalu jauh berbeda dengan program pembelajaran remedial. Diawali dengan kegiatan identifikasi, kemudian perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Guru tidak perlu menunggu diperolehnya penilaian autentik terhadap kemampuan peserta didik. Apabila melalui observasi dalam proses pembelajaran, peserta didik sudah terindikasi memiliki kemampuan yang lebih dari teman lainnya, bisa ditandai dengan: penguasaan materi yang cepat dan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Sehingga peserta didik seringkali memiliki waktu sisa yang lebih banyak, dikarenakan cepatnya dia menyelesaikan tugas atau menguasai materi. Disinilah dibutuhkan kepekaan guru dalam merencanakan dan memutuskan untuk melaksanakan program pengayaan.
2.2 Konsep Program Remedial
2.2.1 Pengertian Program Remedial
Menurut Izzati (2015, p.57) Remedial berarti hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan. Program remedial merupakan implikasi dari teori belajar tuntas yang memerlukan upaya tambahan untuk mengatasi dan membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Salah satunya adalah dengan mengadakan program remedial untuk membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.Program remedial harus memperhatikan perbedaan latar belakang dan kesulitan yang dihadapi masing-masing siswa agar perbaikan yang dilakukan bisa lebih optimal
Program remedial adalah salah satu upaya untuk membantu siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, berupa kegiatan perbaikan yang mencakup segala bantuan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajar agar mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan (Izzati.2015, p.57)
Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa KTSP yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas SK dan KD yang harus dikuasai peserta didikJika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial (Sumiyati.2010)
Menurut Masbur (2012) Pengajaran remedial (remedial teaching) secara etimologis berasal dari kata remedy (Inggris) yang artinya menyembuhkan, membetulkan, perbaikan, pengulangan. Sedangkan teaching adalah mengajar, cara mengajar atau mengajarkan.4 Pengajaran remedial secara terminologis adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang bersifat menyembuhkan atau perbaikan ke arah pencapaian hasil yang diharapkan. Pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan khusus yang diberikan guru pada siswa yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tersebut mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Program Remedial adalah program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai kompentensi minimalnya dalam satu kompetensi dasar tertentu. Metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan tujuan pembelajarannya pun dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada program pembelajaran remedial, media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami pelajaran yang dirasa sulit.Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran remedial pun perlu disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional.2013, p.7).
Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran regular di kelas, perbedaan hanya terletak pada siswa yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Dengan pembelajaran remedial, siswa yang lambat dalam belajar akan dibantu dengan menyiapkan kegiatan belajar dan pengalaman langsung sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Di samping itu, perlu dirancang pembelajaran secara individual untuk membangun konsep dasar, meningkatkan kepercayaan diri, dan menguatkan efektifitas belajar. Melalui pembelajaran remedial, guru menyiapkan latihan yang mengembangkan generic skills, meliputi: hubungan antar personal, komunikasi, pemecahan masalah, mengelola kreatifitas, dan penggunan teknologi sebagai sumber belajar (Slamet.2015, p.103).
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera setelah hasil penilaian dianalisis oleh guru dan hasil tersebut diberikan padapeserta didik sehinga dapat dipergunakan untuk mengetahui kelemahan dan kesulitannya. Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakan assessment as learning (Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017, p.27)
Charles, et all (2014, p.73) When remedial education is mentioned, names such as “developmental education”, preparatory studies, academic support programmes, compensatory education, basic skills education, college preparation, amongst others may come up (Kozeracki, 2002) Defining what remedial education actually is to a large extent, depends on who is defining it and where. This is because, research has shown that, remedial education variestremendously from country to country. Consequently, what goes or should go into remedial education, the variety of students who take remedial courses as well as the scope of remedial offerings, is relative (Merisotisand Phipps, 2000; Kozeracki, 2002). Thus the findings and conclusions that can be drawn on remedial education programmes can also vary. Irrespective of these variations, certain characteristics are common to all remedial programmes. For instance, the motive of every remedial school is purposed to build on the “academic stature” of students who do not meet a certain minimum level of academic proficiency to complete and succeed in college (Bettinger and Long, 2004).
One may ask, what then is remedial education? To come up with a workable definition for remedial education, it is expedient to research into what scholars and researchers have said concerning the subject matter. Bustillos (2012:37), pointed out that “remedial education in postsecondary is a course or a sequence of courses for college-admitted students who, upon taking required placement examinations, are found not to have the knowledge and skills necessary for success in college-level courses.” Calcagno and Long, (2008) also defines remedial or developmental education as coursework below college-level offered at a postsecondary institution.
By “coursework below college-level”, Calcagno and Long imply any academic endeavor or programme involving teaching and learning that takes place after secondary education but before college education. Battistin et.al (2002) views remedial programmes as “a course consisting in extra-class time offered to low-achieving students in order to improve their performance in one or more subjects”. Developmental education incorporates human development theories, is intended to bring together academic and student support services to assist students in preparing to make choices appropriate to their current stage in development, and is viewed as being appropriate for all students”(Kozeracki, 2002:84; Brants and Struyven, undated).
From the above definitions, the following key points can be noted:
1) It is a coursework.
2) It is offered at the postsecondary level.
3) It is meant to improve students’ academic performance.
4) It is also meant for underprepared or low-achieving students.
From the above, the following workable definition is deduced. Remedial education is a coursework that is offered at the postsecondary level to boost the academic performance of underprepared or low-achieving students in order to earn them a place in the higher institutions.
Remedial Education is defined in the Oxford Advanced Learners Dictionary as ‘connected with school students who are slower at learning than others’. The remedial teaching can also be defined as ‘ the name implies, is designed to cater to the needs of children unable to keep pace with the teaching-learning process in a normal classroom. Remedial teaching will act as a safety valve for the students who are behind the expected level ofachievement. It involves diagnosis of specific difficulties, provide suitable remedial measures and provide support to prevent reoccurring of them again in future. In one of widely implemented education program called reading recovery program of Maria Clay in New Zealand, students are tested by observation study of literacy achievement in text reading, dictation, letter identification, concepts about print, writing vocabulary, and sight words in beginning and end of the program (Poongothai.2012, p.3)
2.2.2 Sejarah Singkat Program Remedial
Charles, et all (2014:74) Remedial education is not a recent phenomenon. Literature has it that it can be traced back to the 17th century when Harvard University in America implemented special courses for freshmen with insufficiencies in writing skills and inadequately prepared students (Oklahoma State System of Higher Education, 2009). Also, in 1849 the University of Wisconsin established the first preparatory program for students with inadequate preparation for college studies (Oklahoma State System of Higher Education, 2009).
Since the 17th century till date, students demand for remediation has increased especially in recent decades (Calcagno and Long, 2008). Owing to this, it is essential to probe into the issues that gave birth to their existence. It can be noted that the two universities mentioned above undertook remedial programmes due to the under preparedness of their students for postsecondary education. Literature reviewed on other documents, journals, research works amongst others, saw the same reason. For instance, Brants and Struyven (undated), in their research came up that one of the numerous reasons why European universities are adopting remedial strategies are the transitional problems students face when entering the tertiary institutions. Kozeracki (2002) implied in his research that students required enrolling in developmental reading and writing courses are those who are said not to have met the literacy standards of the university in which they have been registered. Many more researchers and scholars, have also shared the opinions of the above researchers that the basis for remedial education is to provide extra academic tuition to students who have academic deficiencies in certain courses and hence qualifies them as underprepared for college or university education (Calcagno and Long, 2008; Bettinger and Long, 2004).
2.2.3 Manfaat Program Remedial
Charles et all (2014:76) By helping students to strengthen their basic academic skills, like the ability to read, write, analyze, interpret, and communicate, students’ opportunities for success at the labour market are significantly expanded (Brants and Struyven, undated). Aside the traditional students who enter, non-traditional students as in Ghana would be called the “mature” students, enroll in remedial schools to gain skills needed for a better job on the labour market (Breneman, et al., 1998).
2.2.4 Karakteristik Program Remedial
Menurut Sumiyati (2010) Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remedial. Peserta didik cemerlang diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan belajarnya melalui kegiatan pengayaan. Kedua program itu diberlakukan oleh sekolah karena lebih mengetahui dan memahami kemajuan belajar setiap peserta didik (Mulyasa.2008, p.151).
Charles et all (2014:76) said that There are six categories of students usually in need of remedial education (Hardin 1988 cited in Melton, 2008:18). They are:
1) Those with poor academic prospects due to bad decision-making in the past,
2) Adult students who return to school with additional responsibilities beyond what the typical college student experiences,
3) The students whose academic weaknesses were not attended to but rather ignored in previous educational settings
4) Students with disabilities,
5) Those who struggle with the English language,
6) Those with weak academic commitments.
Charles et all, (2014:79-80) said that There are many things that will support the success of remedial:
1) Teacher-Students Relationship
The study revealed that the teachers are easily approachable as 54 percent of the respondents affirmed to this statement. In their opinion, the teachers make time for them anytime a student approached them for more clarification or for a personal advice. A positive teacher-student relationship plays an important role in students’ performance. Unlike the secondary school students who spend about 40 hours a week with teachers, remediated students spend just about 23hours a week with teachers. Thus, they seize the little time available to seek for help from their teachers and they receive the needed attention. Additionally, teachers interviewed said that their wish is to see all the students pass their examinations. Therefore, no matter the help students need, they are ready to deliver. Thus they see teaching, not as a profession but servitude to students and to the nation at large. This positive teacher-students relationship that exists in remedial schools must be encouraged in all schools.
2) Teacher-Staff Relationship
Remedial schools maintain the open door policy in their operations. This policy allows teachers to approach the staff or proprietors of the schools, should they face any situation. Interview with the management body revealed that, the only way to maintain teachers and to boost their morale is to have a very cordial relationship with them. He added that, there is competition among remedial schools since they all claim to be the best. Thus, if the school loses the good teachers they have to other schools, enrolment during the next academic year will be low. Since most parents consider the school’s performance in external examination as their major reason for their wards’ enrolment. Teachers interviewed also confirmed that, indeed they have a good relationship with the management body of the schools they teach in. The open door policy serves as an impetus to boost the delivery of teachers in class. This should be encouraged in all schools.
3) Better Class Schedules
Although remedial schools open in the evening during the hours of 4pm to 7pm to students, it in anyway does not inconvenient the students or teachers. This is because the schools have separate teachers for the remedial section, however just a few of them teach the regular students. Thus, the issue to teachers getting exhausted during that time does not become a factor when assessing remedial schools’ performance. In other words, the time class schedules do not limit the teachers’ ability to deliver in class. On the part of the students also, due to their composition, it gives them the chance to engage in other productive activities during the day as well as enables them to study during the evenings.
4) Teacher Motivation
Teachers receive in addition to their salaries, bonuses such as accommodation or accommodation allowances, transport allowances, free lunch among others. All these are ways the management bodies of the schools adopt to realize the maximum output from teachers. Additionally, teachers interviewed stated that despite their attractive salaries, their greatest motivation is the service they are rendering to the society and to the students especially. This is because, the students success though sometimes depends on the individuals themselves, it largely depends on what the teacher give out.
5) Supervision
It is a known assertion that there is proper supervision and management in private sectors. This is because of the profit-making motives of these private investors. As a result, the management body of the schools closely monitors their teachers. Due to competition among the schools, the management of the schools makes sure teachers in no way shirk their responsibilities. Thus measures such as the use of attendance records, periodic assessment of teachers by students and staff, laid down rules and regulations for teachers are all ways used to check that teachers render their services as expected. Consequently, teachers in these schools are compelled to attend class and teach during their periods.
6) Teaching Aids
Without teaching aids or facilities, teaching becomes difficult and appreciation of what is being taught diminishes. Thus remedial schools are provided with textbooks, computers, library, study charts, boxes of chalk and markers, just to mention a few. All these make it easier for both teachers and students to give out their best performance. However, these are not adequate as disclosed by the study. Therefore measures are being put in place to ensure its adequacy.
7) Improved ways or methods of teaching
Due to the caliber of teachers employed in these schools with 54.5 percent holding a first degree certificate, they use modern methods of teaching. For instance, teachers adopted class presentation, group discussions, the use of pictorial charts and diagrams etc. to facilitate the learning process of students. These helps students to appreciate what is being taught and also prepares them for post-secondary education as these methods are predominant in these institutions.
8) Seriousness of Students
Despite the lackadaisical attitude of few students in the schools, most of the students take their classes seriously. Having not been able to make it to the tertiary level on their first or so attempt, students see the importance of taking their classwork serious when they enter the remedial schools. Aside the classroom work, the staff makes sure that discipline of students and their moral standards are not compromised. It is therefore not surprising that the schools interviewed boost of having about 80 percent of their graduates excel in the external examination and continuing their education.
Menurut Slamet (2015, p.103) Di samping itu, latihan yang diberikan guru juga membantu siswa untuk belajar sepanjang hayat (life-long learning), membantu mengembangkan sikap positif, dan pengembangan nilai-nilai untuk bekal belajar selanjutnya dan pengembangan karir. Siswa yang harus dimasukkan ke dalam kelompok pembelajaran remedial biasanya mengalami kesulitan dalam hal, sebagai berikut:
1) Kemampuan mengingat relative kurang
2) Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain di sekitarnya pada saat belajar
3) Relatif lemah dalam memahami secara menyeluruh.
4) Lemah dalam memecahkan masalah
5) Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari sumber informasi
6) Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.
7) Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konssep lainnya yang relevan
8) Memerlukan waktu relatif lebih lama dalam menyelesaikan tugas.
2.2.5 Tujuan dan Fungsi Program Remedial
Tujuan pengajaran remedial menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriono secara umum tidak berbeda dengan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Secara khusus pengajaran perbaikan bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan.8 Tujuan pembelajaran remedial adalah untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memperbaiki prestasi belajarnya.
Adapun fungsi pengajaran remedial antara lain:
a. Fungsi korektif
Fungsi korektif adalah dapat dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran.9 Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru membuat perencanaan pembelajaran agar memperoleh hasil yang diharapkan. Dengan demikian, guru dapat mengetahui perbedaan individual siswa dan kesulitan belajar siswa tersebut.
b. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu memungkinkan guru, siswa dan pihak lain dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa.10 Kepribadian siswa sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu, guru atau pihak lain dapat memahami kepribadian pada diri siswa atau perbedaan pada masing-masing siswa.
c. Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian yaitu pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil lebih baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga termotivasi untuk belajar. Adapun pelaksanaan program ini dapat dilakukan secara relevan dengan tingkat yang dimiliki siswa dikarenakan faktor individual siswa dalam memahami suatu bidang studi. Maka fungsi penyesuaian ini memungkinkan individual siswa dengan karakter tertentu dapat termotivasi untuk belajar.
d. Fungsi pengayaan
Fungsi pengayaan yaitu dapat memperkaya proses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam pengajaran remedial sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi belajarnya lebih kaya. Adanya daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan. Sasaran pokok fungsi ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya pengayaan.11 Semakin banyak hasil belajar yang diperoleh dan semakin dalam ilmu yang didapat, maka prestasi belajarnya pun semakin meningkat.
e. Fungsi terapetik
Fungsi terapetik yaitu secara langsung ataupun tidak, pengajaran perbaikan dapat memperbaiki atau menyembuhkan kondisi kepribadian yang menyimpang. Penyembuhan ini dapat menunjang penyampaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik dapat mempengaruhi pribadi.
2.2.6 Prinsip-Prinsip Program Remedial
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1) Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan daya tangkap, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing.
2) Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan keaktifan guru untuk secara intensif berinteraksi dengan peserta didik dan selalu memberikan monitoring dan pengawasan agar mengetahui kemajuan belajar peserta didiknya.
3) Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan berbagai metode pembelajaran dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4) Pemberian umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
5) Pelayanan sepanjang waktu
Pembelajaran remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
2.2.7 Langkah-Langkah Program Remedial
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2013, p.7-12) ada beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu sebagai berikut:
1) Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Penting untuk memahami bahwa “tidak ada dua individu yang persis sama di dunia ini”, begitu juga penting untuk memahami bahwa peserta didik pun memiliki beragam variasi baik kemampuan, kepribadian, tipe dan gaya belajar maupun latar belakang sosial-budaya. Oleh karenanya guru perlu melakukan identifikasi terhadap keseluruhan permasalahan pembelajaran.
Secara umum identifikasi awal bisa dilakukan melalui :
ü Observasi (selama proses pembelajaran)
ü Penilaian otentik (bisa melalui tes/ulangan harian atau penilaian proses) Permasalahan pembelajaran bisa dikategorikan ke dalam 3 fokus perhatian
2) Permasalahan pada keunikan peserta didik
Keberagaman individu dapat membedakan hasil belajar dan permasalahan belajar pada peserta didik.Ada peserta didik yang cenderung lebih aktif dan senang praktik secara langsung, ada yang cenderung mengamati, ada yang lebih tenang dan suka membaca. Di kelas, guru juga perlu memiliki wawasan lebih menyeluruh mengenai latar belakang keluarga dan sosial budaya.Peserta didik yang dibesarkan dalam keluarga pedagang, tentu memiliki keterampilan berbeda dengan keluarga petani atau nelayan.
a. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik yang berasal dari keluarga yang terpecah mungkin berbeda dengan peserta didik yang berasal dari keluarga harmonis dan mendukung kegiatan belajar.
b. Permasalahan pada Materi Ajar
Rancangan pembelajaran telah disiapkan dalam buku guru dan buku siswa.Pada praktiknya, tidak semua yang disajikan dalam materi ajar, sesuai dengan kompetensi peserta didik.Guru bisa sajamenemukan bahwa materi ajar (KD) yang disajikan dalam buku terlalu tinggi bagi peserta didik tertentu. Oleh karena itu perlu disiapkan berbagai alternatif contoh aktivitas pembelajaran yang bisa digunakan guru untuk mengatasai permasalahan pembelajaran ini. (contoh dan alternatif aktivitas untuk siswa yang merasa kesulitan terhadap materi ajar, bisa dilihat dalam buku “Panduan Teknis Penggunaan Buku Guru dan Siswa)
c. Permasalahan pada Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya terpaku pada satu strategi atau metode pembelajaran saja. Dikarenakan tipe dan gaya belajar peserta didik sangat bervariasi termasuk juga minat dan bakatnya, maka guru perlu mengidentifikasi apakah kesulitan peserta didik dalam menguasai materi disebabkan oleh strategi atau metode belajar yang kurang sesuai.
3) Perencanaan
Setelah melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan belajar anak, guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh tentang peserta didik dan mulai untuk membuat perencanaan.
Dengan melihat bentuk kebutuhan dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, guru bisa merencanakan kapan waktu dan cara yang tepat untuk melakukan pembelajaran remedial. Pada prinsipnya pembelajaran bisa dilakukan :
a. Segera setelah guru mengidentifikasi kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran
b. Menetapkan waktu khusus di luar jam belajar efektif.
Dalam perencanaaan guru perlu menyiapkan hal-hal yang mungkin diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, seperti :
a. Menyiapkan Media Pembelajaran
b. Menyiapkan contoh-contoh dan alternatif aktifitas
c. Menyiapkan materi-materi dan alat pendukung
4) Pelaksanaan
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program pembelajaran remedial. Ada 3 fokus penekanan :
1. Penekanan pada keunikan peserta didik
2. Penekanan pada alternative contoh dan aktivitas terkait materi ajar
3. Penekanan pada strategi/metode pembelajaran
5) Penilaian Otentik
Penilaian otentik dilakukan setelah pemebalajaran remedial selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil penilaian, bila peserta didik belum mencapai kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali strategi pembelajaran remedial yang diterapkannya atau melakukan identifikasi (analisa kebutuhan) terhadap peserta didik dengan lebih seksama. Apabila peserta didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memberikan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi peserta didik, hal ini bisa dipertahankan sebagai bahan rujukan bagi rekan guru lainnya atau bisa lebih diperkaya lagi. Apabila ternyata ditemukan kasus khusus di luar kompetensi guru, guru dapat menkonsultasikan dengan orang tua untuk selanjutnya dilakukan konsultasi dengan ahli.
2.2.8 Teknik Program Remedial
Teknik pembelajaran remedial bisa diberikan secara individual maupun secara berkelompok (bila terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan pada KD yang sama). Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial yaitu : pembelajaran individual, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, dan tutor sebaya. Aktivitas guru dalam pembelajaran remedial, antara lain : memberikan tambahan penjelasan atau contoh, menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya, mengkaji ulang pembelajaran yang lalu, menggunakan berbagai jenis media.Setelah peserta didik mendapatkan perbaikan pembelajaran,ia perlu menempuh penilaian, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai kompetensi dasar yang diharapkan (Departemen Pendidikan Nasional. 2013, p.7-12)
2.2.9 Pelaksanaan Program Remedial
Menurut Tim Direktorat Pembinaan SMP (2017, p.30) Pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara:
1. Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa anak yang mengalami kesulitan yang berbedabeda, sehingga memerlukan bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik.
2. Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.
3. Pemberian pembelajaram ulang dengan metode dan media yang berbeda. pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami kesulitan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, pemberian tes atau pertanyaan yang menarik secara lisan maupun tulisan.
4. Pemanfaatan utor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman sekelas yang telah mencapai KKM, baik secara individu maupun kelompok.
Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian peserta didik pada KD yang diremedial. Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan dapat diberikan berulangulang sam pai mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan. Pen didik tidak boleh memaksakan untuk memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum mencapai KKM.
Pemberian nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial yang dimasukkan sebagai hasil penilaian harian (PH), dapat dipilih beberapa alternatif berikut.
a) Alternatif 1
Peserta didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti remedial. Misalkan, suatu matapelajaran (IPA) memiliki KKM sebesar 64. Seorang peserta didik, Andi memperoleh nilai PH1 (KD 3.1) sebesar50. Karena Andi belum mencapai KKM, maka Andi mengikuti remedial untuk KD 3.1. Setelah Andi mengikuti remedial dan diakhiri dengan penilaian, Andi memperoleh hasil penilaian sebesar 80. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka nilai PH1 (KD 3.1) yang diperoleh Andi adalah sebesar 80.
Keuntungan menggunakan ketentuan ini:
1. Meningkatkan motivasi peserta didik selama mengikuti pembelajaran re-medial karena peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh nilai yang maksimal.
2. Ketentuan tersebut sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning).
Kelemahan menggunakan ketentuan ini:
Peserta didik yang telah tuntas (misalnya, Wati dengan nilai 75) dan nilainya dilampaui oleh peserta didik yang mengikuti remedial (misalnya, Andi dengan nilai 80), kemungkinan Wati mempunyai perasaan diperlakukan “tidak adil” oleh pendidik. Oleh karena itu, pendidik disarankan memberikan kesempatan yang sama pada peserta didik yang telah mencapai KKM untuk memperoleh nilai yang maksimal.
b) Alternatif 2
Peserta didik diberi nilai dengan cara meratarata antara nilai capaian awal (sebelum mengikuti remedial) dan capaian akhir (setelah mengikuti remedial), dengan ketentuan, apabila nilai ratarata lebih dari KKM, maka nilai akhirnya adalah nilai ratarata tersebut; sedangkan jika nilai ratarata kurang dari KKM, maka nilai akhirnya adalah sebesar nilai KKM.
Contoh:
1. Badar memperoleh nilai awal 60. Nilai KKM 64. Setelah remedial Badar memperoleh nilai 90. Ratarata nilai awal dan remedial sebesar 75 (melebihi KKM), maka Badar memperoleh nilai akhir 75.
2. Badar memperoleh nilai awal 50. Nilai KKM 64. Setelah remedial Badar memperoleh nilai 70. Ratarata nilai awal dan remedial sebesar 60 (di bawah KKM), maka Badar memperoleh nilai akhir sebesar KKM yaitu 64.
Alternatif 2 ini sebagai upaya untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1, meskipun Alternatif 2 ini tidak memiliki dasar teori, namun lebih mengedepankan faktor kebijakan pendidik. Upaya lain, untuk mengatasi kelemahan Alternatif 1, yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik untuk mengikuti tes, namun dengan catatan perlu diinformasikan kepada peserta didik bahwa konsekuensi nilai yang akan diambil adalah nilai hasil tes tersebut atau nilai terakhir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yamg berbeda-beda. Sesuai dengan kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi pesrta didik berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan pembelajaran, seorang pendidik perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi maupun kelebihan yang dimiliki peserta didik.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka sekolah melakukan suatu tindakan yaitu pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Jika ada peserta didik yang lebih mudah dan cepat mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditetapkan, maka sekolah perlu memberikan perlakuan khusus berupa program pembelajaran pengayaan.
Remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya.
3.2 Saran
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dibutuhkan seorang guru yang mengerti dan tahu kesulitan belajar siswa dapat mempersiapkan strategi yang lebih baik lagi dalam mengajar serta partisipasi siswa demi kebaikan siswa agar tidak ada gagal dalam pembelajaran memperoleh nilai yang maksimal.
Penulisan menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah yang kami lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Charles, et all. 2014. The Role of Remedial Schools in the Development of Education in Ghana. Kwame Nkrumah University of Science and Technology: Kumasi
Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Panduan Penilaian Oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah Pertama.Jakarta:Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Panduan Teknik Pembelajaran Remedial dan Pengayaan di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.
Masbur, 2012. Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. XII (No. 2), 348-367
Nurma, Izzati. 2015. Pengaruh Penerapan Program Remedial Dan Pengayaan Melalui Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Eduma Vol.4 No.1.
Poongothai, et all. 2012. The Impact Of Remedial Teaching On Improving The Competencies Of Low Achievers. Faculty of Business Studiesof the University of Jaffna: SriLanka.
Tim Direktorat Pembinaan SMP.2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.
Sumiyati, 2010. Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran IPA SMP. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 16, Nomor 1, Januari 2010
Slamet. 2015. Pembelajaran Remedial Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas VI SDN Genengan 2 Pada Pembelajaran Matematika “FPB dan KPK”). An-Nuha Vol. 2, No.1.
Syarif, Mohammad. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Press.
Posting Komentar untuk "MAKALAH KONSEP PENGAYAAN & KONSEP REMIDIAL PEMBELAJARAN"