Seperti yang telah saya sampaikan pada kesempatan ini saya akan mengurai kan bab ke lima sampai akhir terjemah kitab tambihul mutaallim,sebagai berikut :
5. Tatakrama
pelajar ilmu kepada kedua orang tua
diantara tatakrama pelajar ilmu
yaitu, harus bersungguh-sunguh berbuat baik kepada kedua orang tuanya, dan apabila keduanya telah
meninggal hendaknya di do'akan dan meneruskan pahala kebaikan
yang pernah dilakukan kedua orang
tua nya.
6. Tatakrama
pelajar ilmu kepada guru
Diantara
tatakrama pelajar ilmu yakni
hendak nya meyakini akan
keluhuran dan ketinggian derajad seorang
gurunya, agar supaya
suatu saat nanti, bisa tampak
kebahagiaan dan menjadi orang yang memperoleh pahala.
Diantara
tatakrama pelajar ilmu,hendaknya berusaha membuat hati guru ridho dan juga memuliakannya dengan
perasaan ikhlas, karena hal tersebut termasuk salah satu dari perkara yang
menjadi sebab seorang murid menjadi orang yang mulia.
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan hadis marfu' dari sahabat Abu Hurairah r.a :
"bersikaplah tawaddu’
(andap ashar) kepada orang yang belajar".
Syeikh Al-Mughirah itu sangat takut kepada gurunya,yakni Syeikh Ibrahim seperti takutnya kepada seorang raja.
Di antara tatakrama pelajar ilmu yakni, hendaknya
jangan berpindah-pindah dalam belajar sehingga menjadikan perasaan guru tidak
baik atau bosan, sebab akan mendatangkan pengaruh, karena hal tersebut menjadikan cacat yang
bisa merubah pemahaman dan merusak budi pakerti, bahkan menurut Syeikh Ibu
Shalah hal tersebut akan berdampak pada terhalangnya dari manfaatnya ilmu.
Di antara tatakrama pelajar ilmu yakni, hendaknya meminta idzin kepada bapak/ibu guru apabila
tidak bisa hadir dalam majlis
belajar,, karena ada suatu alasan atau keperluan dan menjelaskan alasan
tersebut.
7. Tatakrama atau adab pelajar
kepada ilmu
Di antara tatakrama pelajar ilmu kepada ilmu nya
yakni, Hendaklah mencurahkan seluruh tenaga untuk belajar ilmu sehingga bisa berhasil, karena
ilmu itu tidak bisa diperoleh hanya dengan rasa malas dan pengangguran.
Yahya bin Abi Katsir berkata: "Seseorang tidak akan memperoleh ilmu dengan
badan yang tenang".
Abu Hurairah
meriwayatkan hadis marfu' bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
"Berkeinginan keraslah kamu terhadap sesuatu yang memberi manfaat bagimu,
mohon pertolonganlan kepada Allah, dan janganlah putus asa."
Diantara tatakrama orang yang
belajar terhadap ilmu yakni, bisa tahu dan
mengerti lafadz, bahasanya, juga
i'rabnya, maknanya, manthuq dan mafhumnya, sampai menyatakan terhadap
semuanya, dan sampai memperbanyak menghafalkan hal-hal yang menjadi sulit baginya.
hendaknya pelajar ilmu tidak merasa cukup dengan
adanya tulisan, dan hasil
mendengarkan,karena tidak mengetahui
akan penjelasan-penjelasan yang tebih terperinci sehingga menjadi faham akan arti, bahasa, dan i'rab
beserta yang lainnya, maka pelajar
tadi hanya akan menerima kesulitan tanpa memperoleh apapun yang sangat penting.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu;
bermusyawarah dengan para ahli ilmu, karena menurut para ahlil fadli hidupnya
ilmu itu dengan bermusyawarah.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu; diwaktu
menghafalkan atau mempelajari ilmu haruslah bertahap (step by step), satu
persatu, dan masalah demi masalah. Bila dilakukan demikaan, insya Allah akan
bisa diperoleh apa yang menjadi harapan atau tujuannya. Karena orang yang pada
waktu menuntut ilmu atau mempelajari ilmu hanya dengan cara borongan (satu kali
kerja) dan tidak lama lagi apa yang telah dipelajari dan dicari itu hilang
lagi, maka semua itu hanyalah sia-sia, buang-buang waktu dan tenaga.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu;
hendaklah waktu-waktu yang dipergunakan itu bisa di bagi sebaik mungkin agar
hak-hak waktu yang telah ditentukan itu bisa tercapai dengan baik, jangan
sampai ada waktu yang kosong dari hak tersebut, dikarenakan tidak bisa membagi
waktunya tersebut dengan baik akhirnya ia sendiri tidak bisa mencapai
kegiatannya tersebut secara baik.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu;
hendaklah semua peralatan disusun dengan rapi dan rajin, dan juga salah satu
peralatan tersebut ditempatkan secara tetap tidak berpindah-pindah, 21) dan
harus berusaha membenci sifat bermalas-malasan dan rasa bosan.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu;
hendaklah memperbanyak mempelajari kembali di waktu malam (muthala'ah),
lebih-lebih bisa memanfaatkan belajar di waktu sahur tujuannya adalah agar bisa
mencapai derajat orang-orang sholeh (para ulama). Orang yang bisa bangun
diwaktu sahur adalah orang pilihan karena tidak semua orang yang bisa
melakukannya. Kalau ada yang membiasakan bangun diwaktu sahur bisa
dipastikan dia orang yang baik. Dimanapun dia berada, sudah menjadi kebiasaanya
baik dipesantren, dirumah, dihotel atau dimanapun dia berada maka dia akan
bangun diwaktu sahur.
Di antara manfaat yang dapat dipetik untuk yang bangun diwaktu sahur yaitu :
1. Dekat dengan Allah SWT
2. Hidup lebih awal artinya dalam waktu menghirup udara
3. Sangat baik untuk kesehatan
4. Kebiasaan orang sholeh
5. Sangat baik untuk menghafal
6. Terhindar dari begadang
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu; Jangan
berpindah-pindah tempat, menganggap mudah dan gampang terhadap suatu hafalan
atau materi pelajaran yang sering disampaikan oleh guru.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu; Jangan
berpindah-pindah tempat dalam menuntut ilmu merasa malu atau bersikap
besar diri (sombong) tidak mau menerima ilmu dari orang yang derajatnya di
bawahnya baik dalam segi nasab, umur dan lain sebagainya karena Allah SWT
memandang manusia dari hatinya (taqwanya) bukan dari segi rupanya, dan
badannya.
Orang yang bersifat malu dan sombong tidak akan bisa menerima ilmu. Menuntut
ilmu juga telah ada jika air mengalir ke atas, atau jika ada burung gagak
pethok (burung gagak warna putih), tapi apakah hal tersebut (air mengalir ke
atas, atau burung gagak pethok) itu mungkin.
Seseorang yang tidak pernah merasakan beban hinanya menuntut ilmu walaupun
hanya dalam waktu yang singkat, maka suatu saat ia akan menghadapi berbagai
kehinaan yang ditimbulkan dari kebodohannya selama-lamanya.
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dari Imam Ashmu'i, ia berkata "Barang siapa
yang tidak mau merasakan kehinaan dalam menuntut ilmu sesaat saja, maka ia
selamanya akan nenetapi hinanya kebodohan".
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu;
Hendaklah membersihkan niat dalam menuntut ilmu sekiranya benar-benar niat
ikhlas mencari ridla Allah SWT. bukan untuk tujuan duniawi, berusaha menjauhi
rasa cinta menjadi seorang pemimpin, rasa dimulyakan dan dipuji oleh
masyarakat. Lebih baik lagi jangan merasa menjadi orang mulya.
Seseorang yang menuntut ilmu yang semestinya diniatkan karena Allah akan tetapi
diniatkan untuk mendapatkan harta dunia atau tujuan lain, maka nanti pada hari
kiamat ia tidak dapat mencium bau wanginya surga yang keluar dari golongan
orang-orang yang menggunakan minyak wanginya surga.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu; jangan
berpindah-pindah tempat dalam mencari ilmu, yang ilmu tersebut hanya
dipergunakan untuk ajang perdebatan, pamer-pameran (riya'), atau
unggul-unggulan di sertai sifat sombong.
Diriwayatkan dari Umar r.a berkata: Janganlah belajar karena tiga hal, dan juga
tidak mau belajar karena tiga hal. janganlah belajar ilmu untuk tujuan
perdebatan, berpamer-pameran (riya'), dan unggul-unggulan. Dan tidak mau
menuntut ilmu karena merasa malu, tidak ada perhatian sama sekali terhadap
ilmu, dan rela terhadap kebodohan.
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu;
hendaklah mengamalkan ilmu-ilmu masalah ibadah yang sudah pernah didengarkan,
ilmu etika bergaul (akhlak), dan juga fadhilah-fadhilah beramal. Karena
mengamalkan ilmu tersebut adalah merupakan zakatnya ilmu dan menjadikan ilmu
mudah diingat. Oleh karena itu, barang siapa yang mau hafal dan mengerti
tentang suatu hendaklah berusaha untuk mengamalkannya.
Umar Bin Qais Al-Mala'i pernah berkata: "Jika ada amal kebaikan yang
menghampirimu, maka berusahalah untuk bisa mengamalkan walau hanya satu
kali".
Di antara adab sopan santun orang yang belajar terhadap ilmu yaitu; Apabila
kamu sudah memperoleh ilmu walau hanya satu kalimat, hendaklah untuk
disampaikan kepada yang yang lain dengan niat ikhlas karena Allah SWT agar kamu
tidak termasuk dalam golongan orang orang yang bakhil.
Sempurnanya Nikmat Seorang Guru kepada Muridnya dan
Sempurnanya Nikmat Seorang Murid terhadap Gurunya
Apabila antara seorang guru dan murid telah mengumpulakan tiga hal berikut,
maka sungguh sempurnalah nikmat yang besar bagi keduanya. Yaitu, bila guru
sudah mengamalkan sifat sabar, tawadlu', dan akhlak yang baik, maka sungguh
sampurnalah nikmat bagi seorang murid. Dan bila murid sudah menempatkan
fikirannya dalam menuntut ilmu ('aqli), sopan santun (adab), dan pemahaman yang
baik (chusnul fahmi), mak sungguh sampurnalah nikmat bagi seorang guru.
(Keterangan sesuai dengan pendapat Imam Al-Qadli Husain dalam Qolyubi juz 5)
8.Ilmu-ilmu yang penting di pelajari
Kata "ilmu" apabila disebutkan dalam kitab-kitab
syar'i tanpa ada batasan (qayyid), maka maksudnya adalah ilmu akhirat. kemudian
ilmu-ilmu yang penting untuk dipelajari itu ada tujuh. Adapun ilmu alat-alatnya
juga masuk dalam tujuh ilmu tersebut. Tujuh ilmu itu antara lain:
1) . Ilmu Al-Ushul, yaitu apabila bersifat mutlak maka yang dimaksud adalah ilmu
ushuluddin, ilmu aqaid (aqidah), dan ilmu tauhid. Ilmu ini adalah ilmu yang
paling utama di antara ketujuh ilmu tersebut. oleh karena itu harus benar-benar
dipelajari terlebih dulu sampai menghasilkan keimanan yang benar (shahih).
2). Ilmu Qira'ah, 3) Ilmu Tafsir, 4) Ilmu Hadis, 5) Ilmu Ushul Fiqh, ini apabila
bersifat mutlak maksudnya hanya diucapkan Ilmu Al-Ushul, tidak bisa menunjukkan
ushul fiqh, bisa menunjukkannya harus disambung dengan mudlaf ilaihnya.
6). Ilmu Fiqh, yaitu ilmu terpenting kedua setelah ilmu aqidah iman. Kemudian
akhir dari disiplin ilmu fiqh itu menjadi permulaannya ilmu thariqah: yaitu
ilmu tashawuf. Aleh karena itu, kata shufiyyun (صوفي) bersifat mutlak, maka
pengertiannya adalah ahli thariqah. Kemudian akhir dari ilmu thariqah ini naik
menjai ilmu hakikat. Oleh karenanya, orang yang ingin menempuh jalan akhirat,
terlebih dulu harus mengetahui akan martabat atau maqom (tingkatan) dirinya,
agar ia dapat melaksanakan kewajiban-kwajibannya secara berurutan, dan bisa
naik menempuh tingkatan /maqom amaliah secara tertib menurut syari'at dan juga
menurut kekuatannya.
Maqom yaitu istilah dalam tasawuf untuk menyebut berbagai kedudukan pendakian
(tempat/tingkatan/derajat) rohani yang harus ditempuh salik agar bisa wushul
(sampai) kepada Allah. (Dr. H. Said Aqil Siroj)
wa Allahu A'lam bisshowab. semoga bermanfaat, amiin.
Posting Komentar untuk "Terjemah kitab tambihul mutaallim bab lima sampai akhir karya syech ahmad maysur sindi attursudy "