Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HADIST MUTAWATTIR|| PENGGOLONGAN HADIST BERDASARKAN KUANTITAS DAN KUALITAS


Secara konsepsinal bahwa hadist dari satu segi dapat di bagi menjadi 2, yakni kuantitas dan kualitas. Yang menjadi maksud segi kuantitas nya adalah penggolongan hadist yang di lihat atau di tinjau dari banyaknya rowi yang meriwayatkan hadist tersebut. Sedangkan hadist berdasarkan kualitasnya adalah penggolongan hadist di tinjau dari aspek di terima atau di tolaknya hadist tersebut. Berikut hal hal yang akan penulis sampaikan :

A. Penggolongan hadist berdasarkan banyak nya rowi

              Para sahabat Rosulullah SAW dalam menerima hadist terkadang berhadapan langsung dengan beliau Rosulullah SAW, yang jumlah nya begitu banyak apalagi pada saat beliau berkhutbah di hadapan kaum muslimin, terkadang hanya beberapa sahabat bahkan juga bisa terjadi hanya satu atau dua orang sahabat saja. Hal seperti itu terus terjadi dari sahabat ke tabi’in hingga sampai kepada generasi yang menghimpun hadist dalam berbagai kitab.

Dan sudah tentu informasi yang di bawa oleh banyak rowi lebih meyakinkan apabila di bandingkan dengan informasi yang di bawa oleh satu atau dua orang rowi saja. Dari hal seperti itulah para ahli hadist membagi hadist menurut jumlah rowinya. 

    Hadist Mutawattir

Kata mutawattir di tinjau dari segi bahasa memiliki arti Muttabi’ yang artinya hal datang berturut turut dan tidak ada jarak. Adapun pengertian hadist Mutawattir menurut Al Bagdadi, adalah suatu hadist yang di riwayatkan oleh sekelompok orang dengan jumlah tertentu yang menurut adat (kebiasaan) mustahil bersepakat untuk berdusta. Dan sebelum Al Bagdadi menurut Imam Syafi’i, ia telah mengemukakan istilah hadist mutawattir dengan istilah khabar al ammah.

Ada ulama yang menerangkan hadist mutawattir dengan jelas dan terperinci yakni Ibnu Hajar al asqolani, hadist mutawattir adalah hadist yang di riwayatkan oleh sejumlah orang yang mustahil melakukan kesepakatan untuk berdusta. Mereka lah yang meriwayatkan hadist dari awal hingga akhir sanad.

Terjadi pervedaan pendapat dari kalangan ulama tentang ketentusn batas minimal jumlah rowi pada hadist mutawattir. Menurut abu Thoyyib adalah sekurang kurang nya ada empat orang pada tiap tingkatan (thabaqoh) rowinya. Imam Syafi’i mengemukakan paling sedikit (minimal) lima pada tiap thabaqoh. Ada juga pendapat keras dari sebagian ulama bahwasanya mereka menentukan hadist mutawattir harus memenuhi syarat 40 rowi pada tiap tiap thabaqoh.

Konsekwensi logika perbedaan pendapat tersebut akan berpengaruh terhadap kedudukan suatu hadist. Karena setiap ahli hadist berbeda pula dalam melihat sebuah hadist, apakah mutawattir atau tidak. Contoh Ibnu Hibban dan al Hazimi berpendapat bahwa hadist mutawattir mungkin menjadi tidak ada, jika hadist mutawattir syarat syarat nya sangat ketat. Namun menurut ibnu salah, hadist mutawattir tetap ada namun jumlah nya tidak banyak.

Hadist mutawattir terbagi menjadi 2 macam, yakni mutawattir bil lafdzi dan mnutawattir bil ma’na.

Mutawattir bil lafdzi yakni hadist mutawattir yang di riwayatkan oleh rowi yang banyak dan mencapai syarat syarat mutawattir dengan redaksi dan makna hadist yang sama antarfa riwayat satu dengan yang lain. Sedangkan hadist mutawattir bil ma’na yakni hadist yang memiliki tingkat derajat mutawattir namun susunan redaksinya berbeda antara yang di riwayatkan satu rowi dengan rowi yang lain, namun isi kandungan makna nya sama.

Menurut pendapat para ulama ahli hadist, bahwa tidak boleh ada keraguan sedikitpun dalam memakai hadist mutawattir. Hadist ini harus di yakini dan di percayai dengan sepenuh hati. Hal ini sama hal nya dengan pengetahuan kita tentang adanya udara, angin, panas, dingin, air, api, dan jiwa, yang tanpa membutuhkan penelitian ulang kita sudah percaya akan keberadaannya. Jadi, dengan kata lain bahwa hukum hadist mutawattir adalah bersifat qhot’i (pasti).

Posting Komentar untuk "HADIST MUTAWATTIR|| PENGGOLONGAN HADIST BERDASARKAN KUANTITAS DAN KUALITAS"