Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AL GHOFFAR DALAM AS MA’UL HUSNA

 

Menurut ilmu tata bahasa Arab lafadz Al Ghoffar berasal dari kata Ghofaro yang memiliki arti Taghtiyah dan juga shitron artinya memiliki arti menutupi  atau merahasiakan. Al Ghoffar juga bisa di maknai dengan Al Magfiroh dan Al Gufron yang artinya adalah pengampunan. Apabila Al Ghoffar di sandarkan krpada Allah maka berarti Allah SWT adalah Dzat yang maha mengampuni. Al Ghoffar juga bisa di maknai sebagai Dzat yang menampakkan kebaikan dan menutupi kejelekan di dunia dan mema’afkan hukumannya di akhirat.

Anugerah pengampunan kepada makhluk adalah hak mutlak milik Allah SWT yang tidak mungkin di miliki oleh makhluk nya. Allah SWT sebagai Dzat yang memiliki sifat Al Ghoffar berarti Dzat Allah SWT yang maha merahasiakan dan maha menutupi. Segala sesuatu yang di tutup oleh Allah SWT pertama adalah kejelekan tubuh mereka di tutupi oleh kebaikan hati manusia atau sebaliknya. Kedua keinginan untuk melakukan hal yang jahat atau buruk manusia di tempatkan dalam hati sehingga tidak terlihat manusia selain dirinya, ketiga Allah SWT merahasiakan dosa dosa manusia, sehingga tidak seorang manusia tahu berapa dosa yang mereka miliki.

A. Meneladani Allah SWT dengan sifat Al Ghoffar

Sebagai manusia kita dapat mencontoh Allah SWT dalam wujud iman kepada-Nya melalui sifat Al Ghoffar dengan cara memiliki sifat sifat sebagai berikut : 

1. Mema’afkan orang lain perbuatan mema’afkan orang lain adalah suatu kebaikan yang dapat di lakukan sewaktu waktu kepada siapa saja. Allah SWT memerintahkan kita untuk memaafkan orang lain, sebagaimana di jelaskan dalam Al Qur’an yang artinya “ katakanlah kepada orang orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang orang yang tiada takut hari hari Allah SWT  karena dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang mereka kerjakan (QS. Al Jatsiyah : 14).

2. Menghilangkan perasaan dendam

Orang orang yang memiliki sifat dendam akan merasa tersiksa hidup nya. Dengan sifatnya itu dia akan menuju kehancuran dan kehinaan, sehingga dia akan jauh dari kebahagiaan, pada saat Abu Bakar As Siddiq RA berjanji untuk tidak memaafkan Mistah, orang yang menyebarkan fitnah kepada Aisyah putrinya telah berbuat zina, maka Allah SWT menurunkan perintah kepada orang orang yang mukmin untuk memberi maaf dan berlapang dada.

Dalam Al Qur’an telah dinjelaskan yang artinya “ dan janganlah orang orang yang memilik kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang orang yang miskin dan orang orang berhijrah kepada jalan Allah SWT, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah tidak ingin bahwa Allah SWT mengampunimu ? dan Allah SWT adalah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. An Nur : 22).

3. Mengingat kebaikan dan melupakan keburukan orang lain

Memberi maaf terhadap kesalahan orang lain bukanlah perbuatan yang ringan, oleh karena hal tersebut sifat pemaaf ini harus benar benar di usahakan dan di amalkan dalam kehidupan sehari hari. Mengenang kebaikan seseorang dan melupakan kejelekan orang lain adalah salah satu ikhtiyar cara usaha menjadi manusia yang bersifat pemaaf. 


Posting Komentar untuk " AL GHOFFAR DALAM AS MA’UL HUSNA"