Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sullam Safina _ safinatun najah

 


Kitab Safinah, begitu para santri menyebutnya. Nama kitabnya Safinatun Najah. Nama panjangnya Safinatun Najah Fima Yajibu Alal Abdi li Maulah. Artinya Bahtera keselamatan tentang hal-hal yang wajib bagi seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala.

Matan fikih ringkas ini ditulis oleh Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Sumair Al-Hadhrami. Pengarang kitab Safinah ini adalah seorang faqih mazhab Syafi’i, ahli politik dan persenjataan.

Kitab Safinah adalah matan ringkas yang dipelajari oleh pemula dalam mazhab Syafi’i. Di dalamnya terdapat panduan praktis ibadah yang dibutuhkan oleh seorang muslim atau yang disebut sebagai fiqih muta’ajjil.

Keutamaan matan Safinah ini terdapat pada penyusunan dan penertiban pasal dengan baik, pemilihan kata yang mudah dipahami, sehingga bermanfaat bagi pemula dan menjadi sarana murajaah bagi pelajar tingkat lanjut.

Jika bagi pemula dalam mazhab Hanafi ada kitab Mukhtashar Al-Quduri, pemula mazhab Maliki ada kitab Mukhtashar al-Akhdhari, pemula mazhab Hanbali ada kitab Kafi al-Mubtadi, maka bagi pemula mazhab Syafi’i ada kitab Safinatun Najah.

Seperti namanya Safinatun Najah (Bahtera keselamatan), buku ini membantu seorang muslim untuk menembus hantaman ombak kehidupan yang menggunung, sehingga mereka yang mengarunginya dengan buku ini mendapatkan keselamatan. Sebagaimana bahtera ini mampu menolong mereka yang tenggelam dalam kebodohan. Hal ini karena matan ini dilukiskan dan ditancapkan dengan nama Allah dan hukum-hukum ibadah yang terkandung di dalamnya dibangun di atas dasar yang kuat dari kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Matan Safinatun Najah adalah matan yang berkah. Salah satu bukti keberkahannya adalah tersebarnya matan ini secara luas di negeri-negeri kaum muslimin. Para penuntut ilmu berbondong-bondong mengkaji, memahami dan menghafalnya, sebagaimana para masyayikh juga menjadikan buku ini sebagai buku ajar.

Di negeri asal penulis, propinsi Hadhramaut dan propinsi-propinsi Yaman lainnya, Safinatun Najah menjadi tangga pertama para penuntut ilmu, mereka mengkaji makna, hukum dan menghapalnya.

Kitab Safinah juga menjadi buku ajar di Shaulatiyah Makkah dan madrasah-madrasah mulazamah fikih Syafi’i di Haramain pada abad 13 dan 14 Hijriyah. Tidak hanya terbatas di Jazirah Arab saja, gaung kitab Safinah juga sampai ke negeri-negeri Afrika yang bermazhab Syafi’i, seperti Habasyah (Ethiopia), Somalia, Tanzania, Kenya, dan Kepulauan Komoro.

Sudah kita saksikan bersama, bahwa kitab Safinah tersebar secara luas di kalangan penuntut ilmu dan awam di Asia Tenggara, khususnya Malaysia dan Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dengan betapa mudahnya kita menemukan matan ini di masjid-masjid kampung.

Khidmah Terhadap kitab Safinah

Matan Safinah mendapat khidmah (pelayanan) yang begitu luar biasa, ini tanda lain dari keberkahan matan ini. Khidmah terhadap safinah meliputi dars (menjadikannya buku ajar), syarh (penjelasan matan dalam bentuk tulisan) nadzam (menulis ulang isinya dalam gubahan sya’ir) agar mudah dihafal.

Khidmah dalam bentuk dars sudah disinggung di atas, bagaimana kitab matan Safinatun Najah menjadi pelajaran wajib bagi para penuntut ilmu fikih Syafi’i dari Asia hingga Afrika.

Khidmah dalam bentuk syarah, setidaknya ada tiga syarah Safinatun Najah yang masyhur.

Nailur Raja’ bi Syarhi Safinatin Naja’, ditulis oleh syaikh Ahmad bin Umar Asy-Syathiri. Syarh ini cukup direkomendasikan karena cukup ringkas dan fokus pada penjelasan matan saja.

Kasyifatus Saja Syarhu Safinatin Naja, ditulis oleh Syaikh Nawawi Al-Bantani. Kitab Kasyifatus Saja adalah syarh yang cukup luas, penulis banyak menukilkan khilaf-khilaf internal mazhab yang masyhur pada masalah-masalah tertentu.

Ghayatul Muna Syarhu Safinatin Naja, ditulis oleh Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba’athiyah, penulis melengkapinya dengan tambahan bab 

Dan lain-lain

Khidmah dalam bentuk nadzam (gubahan sya’ir) adalah:

Nadzam Habib Abdullah bin Ali bin Hasan al-Haddad

Nadzam Habib Muhammad bin Ahmad bin Alawi Ba’aqil

Nadzam Shidiq bin Abdullah al-Lasemi al-Jemberi (Mbah Shidiq Jember)

Tanwirul Hija Nadzam Safinatun Naja, karya Ahmad bin Shidiq bin Abdullah al-Lasemi al-Pasuruani. Karya ini sudah dicetak dan diterbitkan, adapun tiga nadzam di atas disebutkan oleh Kiyai Ahmad bin Shidiq di dalam Tanwirul Hija.

Dan lain-lain.

Kandungan Isi Kitab Safinah

Sudah dijelaskan di atas bahwa kitab Safinatun Najah adalah sebuah matan ringkas yang padat, berisi perkara-perkara ushuluddin dan fikih yang dibutuhkan oleh awam dan pelajar fikih pemula.

Guru kami Syaikh Labib Najib Al-Adani mengatakan bahwa salah satu mubtakarat (hal baru) yang dihadirkan di kitab Safinatun Najah adalah penulis memulai bab fikihnya dengan tanda-tanda baligh, berbeda dari kebanyakan kitab fikih Syafi’i yang biasanya memulai dengan pembahasan aqsamul miyah (Pembagian air).

Meskipun pada matan safinah tidak dibagi berdasarkan bab oleh penulisnya, kita bisa mengelompokkan pembahasan safinah pada beberapa bab besar. Akidah (Ushuluddin), thaharah, shalat, janaiz, dan zakat. Kemudian Syaikh Nawawi Al-Bantani menambahkan bab shiyam sebagai pelengkap. Selanjutnya syaikh Muhammad bin Ali Ba’athiyah menambahkan bab haji pada matan Safinatun Najah.

Pada Bab Akidah, syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhrami mencantumkan tiga pasal ringkas, pasal rukun Islam, rukun iman, dan makna kalimat tauhid.

Pada Bab Thaharah, penulis memuat pasal tanda-tanda baligh, rukun, syarat dan pembatal wudhu, rukun mandi janabat, pembagian air, tayamum dan najis, dan lain-lain.

Pada bab Shalat, penulis memuat pasal syarat sah shalat, rukun shalat, niat dalam shalat, syarat takbiratul ihram, syarat al-Fatihah, syarat-syarat sujud, anggota sujud, pembatal shalat, waktu-waktu shalat, waktu larangan shalat, Jamak, Qashar, shalat Jumat, dan lain-lain.

Pada Bab Janaiz penulis memuat pasal tentang hukum terkait jenazah; memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkan jenazah, dan lain-lain.

Pada bab Zakat penulis hanya memuat jenis-jenis harta yang diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya.

Adapun pada bab Shiyam yang merupakan tambahan dari syaikh Nawawi al-Bantani disebutkan pasal syarat sah dan syarat wajib puasa, rukun puasa, qadha dan kaffarah puasa, pembatal puasa, dan lain-lain.

Pada bab Haji yang merupakan tambahan dari syaikh Muhammad bin Ali Ba’athiyah disebutkan rukun-rukun Haji, wajib-wajib Haji, sunnah Haji, miqat, sa’i, thawaf, wuquf, dan larangan-larangan ihram.

Kelebihan Terjemah Kitab Safinah plus Terjemah Penerbit Zaduna

Pada dasarnya memelajari matan-matan ilmu fikih idealnya dilakukan oleh mereka yang punya bekal bahasa Arab dan dipelajari melalui seorang guru, kiai, atau syaikh. Namun karena fikih ini adalah panduan ibadah setiap muslim, sedangkan banyak kaum muslimin terkhusus di Indonesia yang buta bahasa Arab, maka menerjemahkan matan Safinatun Najah bisa jadi salah satu jembatan untuk mengantarkan pemahaman fikih kepada masyarakat awam dan sarana pembantu bagi penuntut ilmu yang belum mumpuni bahasa Arab.

Setidaknya terjemah kitab Safinatun Najah terbitan Zaduna memiliki beberapa kelebihan.

Pertama, matan kitab Safinatun Najah terjemah terbitan Zaduna dimurajaah dan dita’liq oleh seorang pembelajar fikih Syafi’i yang memelajarinya dari para guru dan syaikh yang mu’tabar di dalam mazhab Syafi’i.

Kedua, penerbit menyediakan video penjelasan (syarh) masail yang disebutkan oleh penulis matan kitab Safinah. Hal ini membantu orang yang memelajarinya untuk memahami pasal-pasal fikih yang disebutkan dengan pemahaman yang benar dan meminimalisir kesalahpahaman.

Adanya video syarah matan Safinatun Najah terbitan Zaduna juga menjadi alternatif bagi penuntut ilmu yang tidak mendapatkan guru tempat belajar di daerahnya.

Ketiga, penerbit memberikan layanan konsultasi hukum Islam online. Hal yang maklum terjadi bagi pembelajar fikih adalah timbulnya isykalat terhadap matan yang dipelajari. Layanan konsultasi online memudahkan para pembelajar untuk menanyakan isykalat yang didapati ketika memelajari matan kitab Safinah.

Keempat, Penerbit menyertakan teks Arab beserta terjemahan.

Kelima, penerbit memberikan ruang catatan pada setiap pasalnya agar para pembelajar matan ini dengan mudah menulis faidah atau ta’liq dari guru atau kiai, sehingga tidak perlu lagi memisahkan antara matan dan buku catatan, karena sudah bisa terakomodir dengan space yang disediakan penerbit. Wallahu a’lamu bisshawab (Miftahul Ihsan, Pelajar Pemula Fikih Syafi’i/dakwah.id)

Posting Komentar untuk "Sullam Safina _ safinatun najah"