MAKALAH TENTANG KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN Dosen Pengampu : Mochamad Ismail, MA
MAKALAH TENTANG
KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Mochamad Ismail, MA
Di Susun Oleh :
MUHAMMAD DZUL HARIS
STIB BANYUWANGI PRODY PGMI
TAHUN AJARAN 2021 - 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik inayah dan hidayah nya kepada kita semua, khusus nya juga kepada kami yang benar benar bisa di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Meskipun di rasa kurang sempurna sudilah kira nya dosen pengampu dalam hal ini ‘Mochamad Ismail’ bisa memberikan arahan kritik dan saran dan juga kesediaan dalam membimbing kami sehingga kedapan nanti akan menjadi suatu makalah yang lebih bernilai lagi.
Sholawat beserta salam semoga senantiasa tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW sang revolusi, nuansa segala hal kebaikan kebenaran dari Tuhan YME yang akan mengisi seluruh dunia dengan agama yang haq.
Kami sebagai penulis memohon maaf sebesar besar nya apabila makalah ini terdapat kekurangan dan ketidak sempurnaan.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh yang mencakup aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor sehingga terbentuk pribadi yang berpengetahuan, berkarakter, dan terampil. Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur anggotanya tetapi kekuasaan yang diberikan harus digunakan secara bertanggung jawab. Bertanggung jawab maksudnya adalah tidak menggunakan kekuasaan yang telah diberikan untuk kepentingan dirinya sendiri atau individu, tidak otoriter atau semua keputusan harus berdasarkan keputusannya tetapi bukan hasil musyawarah anggotanya.
Rumusan Masalah
Apa yang di maksud kepemimpinan?
Bagaimana pendekatan dan model kepemimpinan?
Apa saja dimensi dimensi kepemimpinan?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan
Untuk mengetahui pendekatan dan model model kepemimpinan
Untuk mengetahui dimensi dimensi kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan menurut Tead Terry Hoyt (dalam Kartono, 2003) adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang lain dalam mencapai tujuan – tujuan yang di inginkan kelompok. Kepemimpinan menurut Young (dalam Kartono, 2003) lebih terarah dan terperinci dari definisi sebelumnya. Menurutnya, kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) mengangap bahwa kepemimpinan tersebut sebernya sebagai akibat pengaruh satu arah karena pemimpin mungkin memiliki kualitas – kualitas tertentu yang membedakan dirinya dan pengikutnyakana. Para ahli teori sukarela (dalam Moejiono 2002) mengangap bahwa kepemimpinan sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.
Menurut Atmosudirdjo (dalam Purwanto, 1990: 25), Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan yang sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, memiliki keahlian khusus dalam bidang yang khusus untuk mencapai tujuan organisasi atau suatu kelompok. Sedangkan kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan serta pengajaran.
Pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur anggotanya tetapi kekuasaan yang diberikan harus digunakan secara bertanggung jawab. Bertanggung jawab maksudnya adalah tidak menggunakan kekuasaan yang telah diberikan untuk kepentingan dirinya sendiri atau individu, tidak otoriter atau semua keputusan harus berdasarkan keputusannya tetapi bukan hasil musyawarah anggotanya.
Teori kepemimpinan sifat
Dalam perkembangannya teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang mempunyai pandangan bahwa sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan atau yang biasanya dikenal dengan bakat atau potensi. Tetapi bisa juga diraih melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain: fisik, mental dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kepemimpinan organisasi, antara lain:
Kecerdasan
Berdasarkan sebuah hasil penelitian, pemimpin yang memiliki kecerdasan rata – rata dari anggotanya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi juga. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan anggotanya yang lain.
Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial
Pada umumnya didalam melakukan interaksi socsal dengan lingkungan internal ataupun eksternal, seorang pemimpin yang akan berhasil yaitu pemimpin yang mempunyai emosi matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan teguh pendirian dalam mepertahankan keputusan yang diyakini kebenarannya.
Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil pada umumnya memiliki motivasi yang tinggi untuk anggotanya maupun dirinya sendiri. Selain itu ia selalu terdorong untuk mmenjadi seseorang yang berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada hasil kerja yang maksimal, efektif serta efisien.
Sikap hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin hendaknya memngakui terhadap harga diri dan kehormatan para anggotannya. Sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepada dirinya.
Dimensi dimensi kepemimpinan
Dimensi dimensi kepemimpinan antara lain sebagai berikut:
Kepemimpinan “otokratis”
Seorang pemimpin yang otokratis akan memperlihatkan kekuasaan dan tanggung jawabnya sehingga maju mundurnya sekolah tergantung pada kepemimpinannya. Oleh karena itu, ia akan melakukan pengawasan yang ketat terhadap bawahannya. Dikarenakan ia terlalu khawatir jika pekerjaan bawahannya tidak sesuai dengan apa yang didinginkannya.
Kepemimpinan “pseudo – demokratis”
Pemimpin dengan tipe seperti ini akan memperlihatkan kesan demokratis di dalam memimpin padahal sebenarnya ia bersifat otokratis. Pemimpin memberi hak kepada guru untuk menentukan memutuskan sesuatu, tetapi sebenarnya ia bekerja dengan perhitungan, ia bersiasat supaya keinginanya juga yang tercapai.
Kepemimpinan “laissez – faire”
Pemimpin dengan tipe seperti ini akan menghendaki supaya bawahannya di berikan kebebasan untuk melakukan segala sesuatu yang mereka anggap benar. Seorang pemimpin akan membiarkan bawahannya bekaeja tanpa ada pengawasan sedikitpun serta tanpa perencanaan. Sehingga situasi di sekolah secara keseluruhan akan menjadi kacau dan tidak teatur.
Kepemimpinan “demokratis”
Pemimpin dengan tipe seperti ini menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya, yang secara bersama – sama dengan kelompoknya atau anggotanya akan berusaha dan bertanggung jawab untuk tercaoainya tujuan bersama. Para guru bekerja dengan suka rela untuk memajukan program – program kerja disekolah. Semua proram sekolah di lakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun dan disepakati bersama. Akhirnya tercapailah suasana kekeluargaan yang harmonis dan menyenangkan dalam lingkungan kerja.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pendekatan dan model model kepemimpinan
1 . Pendekatan Sifat Kepemimpinan.
Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para teoritis kesifatan, Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu. Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat di kenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.
Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan:
1. membandingkan bawahan dengan pemimpin
2. membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif
2. Pendekatan Perilaku Pemimpin
Douglas McGrogor mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep ini terkenal karena menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai bergaya kepemimpinan otoriter dan sebaiknya seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih cenderung menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Seperti Penelitian Di Universitas Ohio State Dan Michigan, para peneliti mencoba mempelajari efektifitas dari perilaku kepemimpinan untuk menentukan mana yang paling efektif dari kedua gaya pendekatan kepemimpinan tersebut.
3, Pendekatan situasional “contingency”
Pendekatan ini menggambarkan tentang gaya kepemimpian yang tergantung pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variable llingkungan lainnya. Mary Parker Follectt mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu:
Pemimpin
Bawahan
Situasi (pemimpin harus berorientasi pada kelompok).
B. Model model kepemimpinan
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli managemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literature, dan agar lebih praktis pembahasan ini kita bagi menjadi dua, yaitu: model-model kepemimpinan masa lalu dan sekarang.
Model model kepemimpinan
1.Model Watak Kepemimpinan
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status social ekonomi, dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori factor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa factor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain.
Disamping itu watak pribadi bukanlah factor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja managerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk untuk mengindifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik, watak dengan efektifitas kepemimpinan, walupun positif tetapi signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).
Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa apabila kepemimpinan didasarkan pada factor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak segnifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepemimpinan pada periode awal ini yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan membuat para peneliti untuk mencari factor-faktor lain (selain factor watak), seperti misalnya factor situasi yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.
2.Model Kepemimpinan Situasional
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan focus utama factor situasi sebagai variable penentu kemampuan kepemimpinan.
Studi-studi kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai factor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan bahwa factor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan watak pribadinya, menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang mempengaruhi kinerja para pemimpin.
Hoy dan Miskel (1987) menyatakan bahwa terdapat empat factor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat structural organisasi, iklim atau lingkungan organisasi, karakteristik tugas atau peran dan karakteristik bawahan.
Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.
3.Model Pemimpin Yang Efektif
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang type-type tingkah laku para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikategorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan dan konsiderasi.
a. Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka mencapai tujuan organisasi serta sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka, dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.
b. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan social dan emosi bagi bawahan, misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi.
Halpin (1966) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek diatas. Dia berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur dan mempunyai hubungan dan persahabatan yang sangat baik. Secara ringkas model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pamimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya.
4, Model Kepemimpinan Kontingensi
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristis watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan fariabel-fariabel situasional.
Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan type kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi / variable situasional dengan watak atau tingkah laku dan criteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Fiedler (1967) beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan dan sesuai situasi yang dihadapinya. Menurutnya ada tiga factor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiganya ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin, ketiga factor tersebut adalah:
A .Hubungan antara pemimpin dan bawahan, yaitu sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan untk mengikuti petunjuk pemimpin.
B. Struktur tugas yaitu sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.
C .Kekuatan posisi, yaitu sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin, karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat.
Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variable situasional.
PENUTUP
Kepemimpinan adalah keseluruhan proses mempengaruhi, mendorong, mengajak, menggerakkan dan menuntun orang lain dalam proses kerja agar berpikir dan bertindak sesuai aturan yang berlaku dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Pondasi kepemimpinan yang efektif yaitu memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikan dan menegakkannya secaa jelas. Pemimpin adalah seseoorang yang menentukan tujuan, pioritas dan menetapkan serta mengawasi standard.
Aspek personalitas menjadi salah satu kepribadian dalam kepemimpinan. Personalitas dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik – karakteristik individu. Pada umumnya, para kepala sekolah yang sangat efektif dalam memelihara hubungan baik dalam sebuah organisasi adalah mereka yang mempunyai sifat – sifat kepribadian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Thaha, Besse Tenri Batari. 2011. Konsep Dasar Mengenai Pengertian Kepemimpinan Pendidikan. Diterima November 15, 2013 pukul 15.00. Dari http://bessetenri.blogspot.com/2011/09/konsep-dasar-mengenai-pengertian.html
Yatik. 2011. Konsep dan Prinsip Kepemimpinan dalam Pendidikan. Diterima November 15, 2o13 pukul 15.12. Dari http://yatik-kepemimpinandalampendidikan.blogspot.com/
Posting Komentar untuk "MAKALAH TENTANG KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN Dosen Pengampu : Mochamad Ismail, MA"