SEJARAH PENEMUAN GUNUNG TERTINGGI DI DUNIA//GUNUNG EVEREST DENGAN TINGGI 8. 848 M
Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia, terletak di perbatasan antara Nepal dan Tibet, Cina. Gunung ini memiliki ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut dan merupakan salah satu tujuan pendakian gunung yang paling populer di dunia.
A. Sejarah Penemuan dan Pendakian
Gunung Everest pertama kali diidentifikasi sebagai gunung tertinggi di dunia pada tahun 1856 oleh Andrew Waugh, seorang surveyor Inggris. Pada saat itu, gunung ini dikenal sebagai Peak XV, dan kemudian dinamai Gunung Everest untuk menghormati Sir George Everest, seorang surveyor Inggris yang menjabat sebagai Surveyor General of India.
Pendakian pertama Gunung Everest dilakukan pada tahun 1953 oleh Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Tenzing Norgay dari Nepal. Mereka menggunakan rute selatan melalui Col South dan mencapai puncak pada tanggal 29 Mei 1953.
B. Geologi dan Iklim
Gunung Everest terbentuk sekitar 60 juta tahun yang lalu ketika lempeng tektonik India bertabrakan dengan lempeng Eurasia. Proses ini menyebabkan terbentuknya Pegunungan Himalaya, termasuk Gunung Everest.
Iklim di Gunung Everest sangat ekstrem, dengan suhu yang sangat rendah dan tekanan udara yang rendah. Pada puncak gunung, suhu dapat mencapai -60°C pada musim dingin dan -19°C pada musim panas. Selain itu, gunung ini juga memiliki badai salju yang sangat kuat dan dapat menyebabkan kesulitan bagi pendaki.
C. Rute Pendakian
Terdapat beberapa rute pendakian Gunung Everest, namun rute yang paling populer adalah rute selatan melalui Col South. Rute ini dianggap sebagai rute yang paling aman dan mudah, namun masih memerlukan kemampuan dan pengalaman pendakian gunung yang tinggi.
Rute lainnya termasuk rute utara melalui Col North, rute barat melalui Lhotse Face, dan rute timur melalui Kangshung Face. Rute-rute ini dianggap lebih sulit dan berisiko daripada rute selatan.
D. Bahaya dan Risiko
Pendakian Gunung Everest memiliki banyak bahaya dan risiko, termasuk:
- Suhu rendah : Suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan hipotermia dan frostbite.
- Tekanan udara rendah : Tekanan udara yang rendah dapat menyebabkan kekurangan oksigen dan membuat pendaki merasa lelah dan sakit kepala.
- Badai salju : Badai salju yang kuat dapat menyebabkan kesulitan bagi pendaki dan membuat mereka tersesat.
- Longsor : Longsor dapat terjadi karena salju yang tidak stabil atau gempa bumi.
- Kerumunan : Kerumunan pendaki dapat menyebabkan kesulitan dan meningkatkan risiko kecelakaan.
E. Dampak Lingkungan
Pendakian Gunung Everest juga memiliki dampak lingkungan yang signifikan, termasuk:
- Sampah : Pendaki sering meninggalkan sampah di gunung, termasuk botol oksigen, tenda, dan pakaian.
- Polusi : Polusi udara dan air dapat terjadi karena kegiatan pendakian dan penggunaan peralatan.
- Kerusakan habitat : Pendakian dapat menyebabkan kerusakan habitat bagi hewan dan tumbuhan yang hidup di gunung.
F. Upaya Konservasi
Untuk mengurangi dampak lingkungan, beberapa upaya konservasi telah dilakukan, termasuk:
- Pengumpulan sampah : Pemerintah Nepal dan Tibet telah melakukan upaya pengumpulan sampah di gunung.
- Penggunaan peralatan ramah lingkungan : Pendaki dapat menggunakan peralatan ramah lingkungan, seperti tenda yang dapat digunakan kembali dan botol oksigen yang dapat diisi ulang.
- Pendidikan : Pendidikan tentang pentingnya konservasi lingkungan dapat diberikan kepada pendaki dan masyarakat setempat.
Dalam beberapa tahun terakhir, Gunung Everest telah menjadi tujuan pendakian yang semakin populer, namun juga memiliki banyak tantangan dan risiko. Oleh karena itu, pendaki harus memiliki kemampuan dan pengalaman yang tinggi serta memahami pentingnya konservasi lingkungan.
Posting Komentar untuk "SEJARAH PENEMUAN GUNUNG TERTINGGI DI DUNIA//GUNUNG EVEREST DENGAN TINGGI 8. 848 M "